Dua dari Sepuluh Lanjut Usia Mengalami Demensia Ketika Memasuki Umur 70 Tahun: Studi Demensia di D.I. Yogyakarta


Author : Dr. N.W. Suriastini, M.Phil*, Dr. Yuda Turana**, Firman Witoelar, Ph.D*, Bondan Supraptilah, SE., MA*, Teguh Yudo Wicaksono, Ph.D*, Endra Dwi M, SESenin, 14/03/2016SurveyMETER

Angka harapan hidup penduduk Indonesia mengalami peningkatan dalam beberapa dekade, sekarang sudah mencapai usia 70an tahun. Seiring dengan peningkatan usia terjadi juga peningkatan resiko penyakit degeneratif seperti demensia. Sebanyak 60-70 % demensia, merupakan demensia Alzheimer. Namun sangat sedikit data yang menginformasikan angka prevalensi demensia di Indonesia. Deteksi dini demensia dan pengetahuan akan angka prevalensinya sangat penting mengingat bahkan pada kasus demensia yang paling progresif termasuk Alzheimer belum ada obatnya.

Di sisi lain, sebagian besar masyarakat menganggap penyakit Demensia Alzheimer (pikun) sebagai bagian dari proses penuaan yang alami. Di sisi lain penyakit tersebut belum ada obatnya sehingga deteksi dini sangat penting untuk dilakukan. Mengetahui angka prevalensi (angka proporsi dari populasi) juga perlu agar masyarakat mengetahui beban dari komunitas dan pelayanan kesehatan.

Data Studi Demensia Alzhaimer di D.I Yogyakarta yang dilakukan oleh SurveyMETER pada Desember 2015 sampai Januari 2016 lalu, menunjukkan dua dari sepuluh lanjut usia di DIY mengalami Demensia ketika memasuki umur 70 tahun. Angka prevalensi demensia lanjut usia pada umur 60 tahun atau lebih mencapai 20,1%. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan angka prevalensi tingkat dunia (global) yang masih di bawah 10%. 

Semakin bertambahnya umur maka tingkat prevalensi semakin meningkat. Jenis kelamin juga mempengaruhi prevalensi demensia, dimana perempuan memiliki resiko lebih tinggi dibandingkan laki-laki kerena pengaruh dari hormon estrogen dan usia perempuan yang lebih panjang dibandingkan perempuan. Lanjut usia yang tinggal dipedesaan lebih tinggi prevalensi demensainya dibandingkan yang tinggal diperkoataan, hal ini karena faktor pendidikan dan aktivitas yang menstimulus penggunaan Otak lebih banyak diperkotaan dibandingkan dengan yang tinggal di pedesaan.

Angka prevalensi demensia yang tinggi ini memberikan informasi berbasis bukti pada para pemangku kepentingan dan kita semua untuk introspeksi diri, meningkatkan promosi tentang gejala, pencegahan sejak dini dan persiapan penanggulangan.

Selengkapnya hasil studi dalam Research Brief tersebut dapat diunduh di tautan ini Download