Tanggal
17 Juli 2024
Kata Kunci
Lokasi
SurveyMETER
Tipe
Buku
Penulis
Share Artikel:
COVID-19 DISRUPTION AND REGIONAL DEVELOPMENT IN SMALL ISLAND ECONOMIES
(PANDEMI COVID-19 DAN PEMBANGUNAN DAERAH DI PEREKONOMIAN PULAU KECIL)
Pandemi COVID-19 membuahkan terjadinya kesenjangan akses pengetahuan di antara pemangku kepentingan dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini (PAUD). Selama Pandemi COVID-19, orang tua dan guru menjadi pemeran utama dalam pembelajaran PAUD dari rumah. Namun sayangnya guru yang diharapkan dapat membekali orang tua dengan berbagai metode pembelajaran berbasis permainan sebagai adaptasi selama Pandemi COVID-19 melalui 12 Modul Pembelajaran PAUD juga belum mengetahui dan memanfaatkan modul pembelajaran tersebut secara maksimal.
Demikian di antara temuan Studi Adaptasi PAUD pada Masa Pandemi COVID-19 di Daerah Istimewa Yogyakarta yang dilaksanakan SurveyMETER dengan dukungan Knowledge Sector Initiative (KSI) pada Januari - Maret 2021.
Di sisi lain Pandemi COVID-19 juga membuahkan dampak kesehatan mental bagi guru dan pengasuh PAUD. Dampak tersebut diulas dengan komprehensif oleh tim studi SurveyMETER (Ni Wayan Suriastini, Fita Herawati, Ika Yulia Wijayanti, Indrawan Firdauzi, Setyo Pujiastuti, dan Sukamtiningsih) dengan judul “Mental Health Consequences of COVID-19 Pandemic on Teachers and Caregivers of Early Childhood Education” di buku ini pada Part I COVID-19 DISRUPTION Chapter 5 halaman 91-112.
Secara umum buku—berjudul COVID-19 Disruption, Small Island Economy, and Regional Development in Indonesia—ini mengupas konteks unik Indonesia, negara kepulauan yang luas yang mencakup banyak pulau kecil, dalam menghadapi kompleksitas dampak COVID-19 terhadap sosial ekonomi dan pendidikan. Selengkapnya buku tersebut dapat diunduh di tautan berikut:
Tanggal
27 Juli 2023
Kata Kunci
PAUD,Covid-19
Lokasi
SurveyMETER
Tipe
Buku
Penulis
Ni Wayan Suriastini, Fita Herawati, Cici Permata Rusadi, Dani Alfah, Indrawan Firdauzi, Setyo Pujiastuti, Sukamtiningsih.
Share Artikel:
Adaptasi PAUD Pada Masa Pandemi COVID-19
Pada Januari hingga Maret 2021, dengan dukungan Knowledge Sector Initiative (KSI), SurveyMETER melaksanakan Studi Adaptasi PAUD pada Masa Pandemi COVID-19 di Daerah Istimewa Yogyakarta. Studi ini mewawancarai lebih dari 1900 orang responden yang merupakan pengawas/penilik sekolah, kepala sekolah, guru, dan orang tua lewat phone survey. Selama pembelajaran daring, pemerintah membekali kepala sekolah, guru, dan orang tua sebuah modul pembelajaran PAUD dari rumah dengan mengutamakan keterlibatan peserta didik. Studi ini ingin menyoal sejauh mana intervensi kebijakan tersebut tepat sasaran.
Studi ini menggambarkan kesenjangan akses pengetahuan di antara pemangku kepentingan dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini selama Pandemi COVID-19. Orang tua dan guru seyogyanya menjadi pemeran utama dalam pembelajaran PAUD dari rumah. Guru diharapkan membekali orang tua berbagai metode pembelajaran berbasis permainan sebagai adaptasi selama Pandemi COVID-19, seperti di 12 Modul Pembelajaran PAUD. Sayangnya, hanya sedikit dari mereka yang memanfaatkan atau mengetahuai modul pembelajaran tersebut. Sebagian besar pemilik modul dan partisipan pelatihan modul justru bukan dari mereka yang secara langsung mendampingi anak-anak usia dini belajar di rumah.
Berikut tautan untuk mengunduh buku tersebut, gratis.
Versi lengkap:
Adaptasi PAUD Pada Masa Pandemi COVID-19
Isi:
Tanggal
24 Juli 2023
Kata Kunci
Kesehatan dan Lanjut Usia
Lokasi
SurveyMETER
Tipe
Buku
Penulis
Ni Wayan Suriastini, Endra Dwi Mulyanto, Dwi Oktarina, Sunar Indriati, Naryanta, Titis Putri Ambarwati, Agus Lesmana.
Share Artikel:
Mewujudkan Lanjut Usia SMART: Pembelajaran dari Studi Kesehatan Lanjut Usia Berbasis Komunitas
Saat ini, Indonesia tengah menapaki populasi-menua, lebih dari 10% penduduknya berusia lanjut dengan persentase tertinggi 15,7% berada di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Di ranah kebijakan, pemerintah mendorong agar penyedia layanan kesehatan berbasis masyarakat mampu mewujudkan penduduk lanjut usia yang Sehat, Mandiri, Aktif, dan Produktif (SMART) salah satunya lewat skrining kesehatan. Pada 2021, SurveyMETER dengan dukungan Knowledge Sector Initiative (KSI) melakukan Studi Kesehatan Berbasis Komunitas dengan mewawancarai seluruh Puskesmas, 121 Posyandu Lansia, dan 1.010 Individu Lansia di DIY.
Studi ini mengulas cakupan skrining kesehatan lanjut usia yang belum sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019, setiap lanjut usia berhak menerima skrining minimal sekali setahun. Cakupan skrining mengacu pada persentase jumlah lanjut usia penerima skrining kesehatan di Puskesmas yang sebagian besar belum mencapai 50%. Hanya ada dua skrining dengan persentase yang baik, indeks masa tubuh (51%) dan pengukuran tanda vital (54%). Selebihnya masih relatif rendah, seperti pemeriksaan zat putih telur (23%), hemoglobin (28%), gula darah (45%), kolestrol (44%), asam urat (44%), sampai status kognitif sebagai deteksi dini demensia (43%). Salah satu penyebabnya adalah keterbatasan sumber daya manusia dan anggaran untuk mengutamakan skrining kesehatan lanjut usia di Puskesmas. Kondisi ini dibarengi dengan pengetahuan atas skrining tertentu yang masih terbatas. Semisal, pengetahuan masyarakat (Posyandu Lansia 6% dan lanjut usia 5%) tentang gangguan daya ingat sebagai gejala demensia cenderung rendah lantaran Puskesmas sebagai pengampunya pun demikian. Demensia terlanjur dinormalisasi sebagai proses penuaan yang dianggap tidak membutuhkan skrining dan penanganan medis. Keadaan ini mempertegas bahwa program lanjut usia belum menjadi esensial di Puskesmas, sehingga pelayanannya pun kurang maksimal, dan, bila diteruskan, bisa menghalangi terwujudnya penduduk lanjut usia SMART.
Selain temuan di atas, studi ini juga mengupas topik menarik lain seperti pelatihan geriatri dan perawatan jangka panjang di Puskesmas, maupun dinamika Posyandu Lansia dan kondisi lanjut usia.
Berikut tautan untuk mengunduh buku tersebut.
Versi lengkap:
Isi:
5. Langkah yang Diperlukan Guna Mewujudkan Lanjut Usia Smart Berbasis Komunitas
Tanggal
10 Agustus 2022
Kata Kunci
Lanjut Usia dan COVID-19, Kesehatan dan Lanjut Usia
Lokasi
Indonesia
Tipe
Buku
Penulis
Ni Wayan Suriastini, Endra Dwi Mulyanto, Ika Yulia Wijayanti, Osuke Komazawa, Takuma Kato, Maliki, Dinar Dana Kharisma
Share Artikel:
Lanjut Usia dan COVID-19 di Indonesia (Edisi 2022)
Survei telepon putaran kedua ‘Lanjut Usia dan COVID-19 di Indonesia’ merupakan tindak lanjut dari survei putaran pertama. Kegiatan ini merupakan kerja sama ERIA, Bappenas, dan SurveyMETER. Survei lanjutan ini bertujuan untuk (1) membandingkan kesehatan dan kesejahteraan lanjut usia selama pandemi coronavirus disease (COVID-19) antara Juli 2020 dan November 2020, (2) membandingkan permasalahan yang dihadapi oleh lanjut usia selama pandemi COVID-19 antara Juli 2020 dan November 2020, (3) mengetahui perubahan bantuan yang diterima lanjut usia sebagai respons dari pandemi COVID-19 antara Juli 2020 dan November 2020, dan (4) mengidentifikasi kebijakan yang paling sesuai untuk memitigasi dampak pandemi terhadap lanjut usia, berdasarkan perubahan situasi selama pandemi.
Hasilnya menunjukkan bahwa sebagian lanjut usia masih mengalami penurunan pendapatan pada November 2020. Dampak pandemi terhadap konsumsi makanan berubah dari Juli 2020 ke November 2020. Lebih sedikit lanjut usia yang menerima bantuan sosial pada November 2020 dibandingkan Juli 2020. Lanjut usia lebih menyukai bantuan tunai daripada bantuan dalam bentuk barang. Akses ke pelayanan kesehatan yang lebih baik menghasilkan diagnosis yang tepat sehingga lebih banyak lanjut usia yang teridentifikasi mengalami masalah kesehatan fisik. Selain itu, kesehatan mental lanjut usia sedikit membaik. Namun demikian, beberapa responden masih mengalami masalah dalam mengakses fasilitas kesehatan dan kekurangan obat-obatan rutin. Risiko isolasi sosial berkurang seiring dengan lamanya periode pandemi COVID-19 dan tren penurunan juga terlihat pada jumlah penerima pada beberapa dukungan sosial. Perawatan lanjut usia terpadu dengan bantuan teknologi digital direkomendasikan untuk memfasilitasi dukungan kebutuhan lanjut usia dengan pelayanan yang tersedia, Hal ini juga sesuai dalam situasi pandemi karena berpotensi mempercepat penyediaan layanan dan mengurangi risiko infeksi.
Berikut tautan untuk mengunduh buku tersebut.
Versi Bahasa Inggris tersedia di website ERIA: Bahasa Inggris
Versi lengkap:
Lanjut Usia dan COVID-19 di Indonesia (Edisi 2022)
Isi:
Bab 1 Latar Belakang dan Tujuan
Bab 3 Ekonomi dan Perlindungan Sosial
Bab 5 Interaksi dan Dukungan Sosial
Bab 6 Kesimpulan dan Rekomendasi
Tanggal
28 Januari 2022
Kata Kunci
Lansia Abad 21, Buku Lansia, Buku Kelanjutusiaan
Lokasi
SurveyMETER
Tipe
Aging Publikasi
Penulis
Wayan Suriastini, Bondan Sikoki, Endra Dwi Mulyanto, Titis Putri Ambarwati, Ragil Safitri, Naryanta, Jejen Fauzan, Rodhiah Umaroh, Achmad Budi Santoso, Adhi Santika, dkk
Share Artikel:
Bunga Rampai: Lansia di Abad 21
Buku ‘Bunga Rampai Lansia di Abad 21’ merupakan kolaborasi para peneliti termasuk peneliti dari SurveyMETER dan pemerhati kelanjutusiaan Indonesia yang tergabung dalam Koalisi untuk Masyarakat Peduli Lanjut Usia (KuMPUL). Seperti tajuknya, buku ini mendiskusikan dinamika kelanjutusiaan terkini meliputi kemandirian dan aktualisasi lansia, globalisasi bagi lansia, serta perlindungan sosial dan layanan kesehatan lansia.
Peneliti-peneliti SurveyMETER menyumbang kontribusi signifikan melalui empat topik tulisan yang mengulas layanan publik dan kesehatan lansia, aktualisasi lansia, dan pengarusutamaan kelanjutusiaan. Dua artikel berikut mempunyai korelasi kuat karena sama-sama mengulas dimensi publik bagi lansia. Wayan Suriastini secara khusus mengajak kita untuk belajar tentang urgensi perawatan jangka panjang (PJP), meliputi homecare dan daycare, dengan melihat praktik-praktik baik di Jepang, Thailand, dan Singapura. Endra Mulyanto dkk juga mengupas soal pentingnya penyelenggaraan lingkungan ramah lansia dalam mendukung mobilitas mereka. Artikel ini juga menyajikan usulan konkrit, seperti optimalisasi layanan ambulans desa, kesukarelawanan warga mengantar lansia, pemberian insentif dan perbaikan sarana transportasi umum untuk lansia.
Dua artikel lain, meski korelasinya moderat, sama-sama mengulas dimensi antar-generasi dalam kegiatan kelanjutusiaan. Titis Putri Ambarwati dkk secara apik menyoal tentang pengarusutamaan lansia di pendidikan formal dengan rendahnya kepedulian generasi muda terhadap lansia. Artikel ini menunjukkan bahwa partisipasi lansia dalam kegiatan pendidikan dini, dasar, dan menengah bisa memantik empati generasi muda akan proses penuaan. Sementara, Naryanta dkk mengulas agensi lansia pada kegiatan budidaya tanaman obat keluarga (TOGA). Artikel ini memotret sosok-sosok lansia yang ulet merawat kebun TOGA di pekarangan rumah, lantas menilai bahwa kegiatan ini akan lebih berfaedah bila dilakukan lintas generasi.
Berikut tautan untuk mengunduh buku tersebut.
Versi lengkap:
Bunga Rampai: Lansia di Abad 21
Isi:
BAB 1: Lansia di Tengah Arus Globalisasi dan Pendidikan Kelanjutusiaan
- Melek Literasi Digital untuk Lansia, Pentingkah?
- Mengintegrasikan Materi Kelanjutusiaan di Pendidikan Formal
BAB 2: Merancang Hidup Sehat Menuju Lansia Tangguh dan Prima
- Menyiapkan Diri Sedini Mungkin Menjadi Lansia Tangguh
- Pentingnya Pendekatan Berpusat Kepada Kebutuhan Individu (PBKI) Bagi Lansia
BAB 3: Menyongsong Kemandirian dan Kesejahteraan Lansia
- Menghapus Stigma dan Diskriminasi karena Usia dalam Dunia Kerja
- Rabun Jauh Kita untuk Bersiap Menjadi Lansia
BAB 4: Lansia Dalam Kreasi dan Aktualisasi Diri
- Aktualisasi Diri Lansia: Belajar dari Tokoh-Tokoh Lansia
- Lanjut Usia Aktor Pelestari Tanaman Obat Keluarga
BAB 5: Lingkungan Ramah Lansia
- Kota dan Kawasan Ramah Lanjut Usia
- Lingkungan Ramah Lansia Penting Bagi Mobilitas Lansia
BAB 6: Interseksionalitas Isu Lansia
- Meski Waria, Lansia Waria Tetaplah Lansia
BAB 7: Mainstreaming Kelanjutusiaan di Ranah Kebijakan
- “Jauh Panggang Dari Api” Mempertanyakan Keberpihakan RANHAM Terhadap Hak-Hak Lansia
Tanggal
13 April 2021
Kata Kunci
Lanjut Usia dan COVID-19, Kesehatan dan Lanjut Usia
Lokasi
Indonesia
Tipe
Buku
Penulis
Osuke Komazawa, Ni Wayan Suriastini, Endra Dwi Mulyanto, Ika Yulia Wijayanti, Maliki, Dinar Dana Kharisma
Share Artikel:
Lanjut Usia dan COVID-19 di Indonesia
Survei telepon lanjut usia dan coronavirus disease (COVID-19) di Indonesia merupakan proyek kerja sama ERIA, Bappenas, dan SurveyMETER. Studi ini bertujuan untuk (1) mengukur pengetahuan umum lanjut usia tentang COVID-19; (2) membandingkan kesejahteraan lanjut usia sebelum, selama dan/atau sesudah pandemi COVID-19; (3) memahami permasalahan yang dihadapi oleh lanjut usia selama pandemi COVID-19; (4) memantau bantuan yang diterima oleh lanjut usia selama pandemi COVID-19; dan (5) mengidentifikasi kebijakan yang diperlukan untuk memitigasi dampak pandemi pada lanjut usia.
Hasil studi ini menunjukkan bahwa lebih dari separuh lanjut usia mengalami penurunan pendapatan, terutama mereka yang menggantungkan pendapatan dari bekerja dan dari pendapatan anaknya. Secara signifikan lebih banyak lanjut usia yang menerima bantuan pemerintah dibandingkan sebelum pandemi. Satu dari enam lanjut usia melaporkan bahwa kesehatan mereka menurun selama pandemi, sementara mayoritas lanjut usia tetap menjaga interaksi sosial mereka meskipun pandemi berlangsung. Pemerintah dianjurkan agar memperkuat upaya mereka dengan membangun sistem pendukung (support system) bagi lanjut usia demi merealisasikan visi Strategi Nasional (Stranas) Kelanjutusiaan.
Berikut tautan untuk mengunduh buku tersebut.
Versi Bahasa Inggris tersedia di website ERIA: Bahasa Inggris
Versi lengkap:
Lanjut Usia dan COVID-19 di Indonesia
Isi:
Bab 1 Latar Belakang dan Tujuan
Bab 3 Ekonomi dan Perlindungan Sosial
Bab 5 Interaksi dan Dukungan Sosial
Bab 6 Kesimpulan dan Rekomendasi
Tanggal
22 Oktober 2014
Kata Kunci
Kota Ramah Lanjut Usia, Lanjut Usia di Surakarta
Lokasi
Surakarta
Tipe
Buku
Penulis
SurveyMETER dan CAS UI
Share Artikel:
Satu Langkah Menuju IMPIAN LANJUT USIA Kota Ramah Lanjut Usia 2030 | Kota Surakarta
Berdasarkan data baseline Studi Asesmen Kota Ramah Lanjut Usia tahun 2013 Kota Surakarta dapat dinarasikan sebagai kota yang sudah mendekati ramah lanjut usia.
Berdasarkan kategori pencapaian warna yang disesuaikan pada persentase skor penilaian masyarakat yang menyatakan Sesuai dan Sangat sesuai, masyarakat Kota Surakarta atau lebih akrab dikenal dengan Kota Solo memberikan penilaian warna kuning dengan skor 56%. Kategori warna ini berdasar skor persentase penilaian yaitu warna merah skor persentase 0-25%, warna orange 26-50%, warna kuning 51-75%, dan warna hijau 76-100%. Masyarakat kota ini menilai, dari delapan dimensi satu di antaranya dinilai sudah berwarna hijau, empat dimensi berwarna kuning, dua dimensi orange, dan satu dimensi merah. Satu dimensi yang masuk kategori warna hijau adalah dimensi Partisipasi Sosial. Satu dimensi warna merah dan satu warna orange menjadi kelemahan capaian Kota Surakarta. Apalagi skor capaian kuning dimensi Gedung dan Ruang Terbuka serta dimensi Transportasi masih belum aman (hanya sedikit di atas 50%).
Namun dengan capaian ini, harapan untuk mewujudkan Kota Surakarta menjadi kota ramah lansia sudah cukup lempang. Dibandingkan dengan kota-kota lain, Kota Surakarta memperoleh skor penilaian paling tinggi. Sehingga perjalanan Kota Surakarta untuk mencapai Kota Ramah Lanjut Usia Tahun 2013 lumayan mudah. Bahkan kalau direncanakan dengan matang akan terwujud dalam waktu tidak lama.
Bagaimana gambaran detail capaian 8 dimensi kota ramah lanjut usia di Kota Surakarta? Bagaimana jika dibandingkan dengan keadaan umum di Indonesia? Bagaimana rekomendasi pencapaian dan strategi untuk Kota Surakarta dalam mewujudkan Kota Ramah Lanjut Usia 2030? Selengkapnya silahkan unduh.
Satu Langkah Menuju IMPIAN LANJUT USIA; Kota Ramah Lanjut Usia 2030 | Kota Surakarta
Tanggal
22 Oktober 2014
Kata Kunci
Kota Ramah Lanjut Usia, Lanjut Usia di Surabaya
Lokasi
Surabaya
Tipe
Buku
Penulis
SurveyMETER dan CAS UI
Share Artikel:
Satu Langkah Menuju IMPIAN LANJUT USIA Kota Ramah Lanjut Usia 2030 | Kota Surabaya
Berdasarkan data baseline Studi Asesmen Kota Ramah Lanjut Usia tahun 2013 Kota Surabaya dapat dikategorikan sebagai kota yang belum namun sudah melangkah menuju kota ramah lanjut usia.
Berdasarkan kategori pencapaian warna yang disesuaikan pada persentase skor penilaian masyarakat yang menyatakan Sesuai dan Sangat sesuai, masyarakat Kota Surabaya memberikan penilaian warna orange dengan bobot skor yang selangkah menuju kuning yaitu 46,3%. Masyarakat kota ini menilai dari 8 dimensi kota ramah lansia dua dinilai sudah berwarna kuning, belum ada yang hijau. Lima dimensi lainnya berwarna orange dan satu dimensi berwarna merah. Beberapa dimensi orange memiliki skor yang mendekati batas minimal warna kuning. Kelemahannya skor total satu dimensi warna merah masih terhitung rendah (13.8%) sehingga memengaruhi skor total.
Meski demikian, harapan untuk mewujudkan kota ramah lansia di Surabaya sudah terbuka. Modalnya, pada dua dimensi berwarna kuning dan dimensi warna orange yang sudah memperoleh skor cukup tinggi.
Bagaimana gambaran detail capaian 8 dimensi kota ramah lanjut usia di Kota Surabaya? Bagaimana jika dibandingkan dengan keadaan umum di Indonesia? Bagaimana rekomendasi pencapaian dan strategi untuk Kota Surabaya dalam mewujudkan Kota Ramah Lanjut Usia 2030? Selengkapnya silahkan unduh.
Satu Langkah Menuju IMPIAN LANJUT USIA; Kota Ramah Lanjut Usia 2030 | Kota Surabaya
Tanggal
21 Oktober 2014
Kata Kunci
Kota Ramah Lanjut Usia, Lanjut Usia di Payakumbuh
Lokasi
Payakumbuh Sumatra Barat
Tipe
Buku
Penulis
SurveyMETER dan CAS UI
Share Artikel:
Satu Langkah Menuju IMPIAN LANJUT USIA Kota Ramah Lanjut Usia 2030 | Kota Payakumbuh
Berdasarkan data baseline Studi Asesmen Kota Ramah Lanjut Usia tahun 2013 Kota Payakumbuh dapat dinarasikan sebagai kota yang hampir ramah lanjut usia.
Berdasarkan kategori pencapaian warna yang disesuaikan pada persentase skor penilaian masyarakat yang menyatakan Sesuai dan Sangat sesuai, masyarakat Kota Payakumbuh memberikan penilaian warna kuning meskipun dengan bobot skor yang relatif masih rendah yaitu total 55,1%. Masyarakat kota ini menilai, dari delapan dimensi kota ramah lansia satu di antaranya dinilai sudah berwarna hijau, empat dimensi berwarna kuning, dua dimensi orange, dan satu dimensi merah. Satu warna merah dan juga dua warna orange ini menjadi kelemahan capaian Kota Payakumbuh. Apalagi skor capaian dimensi Partisipasi Sipil dan Pekerjaan yang masih merah ini relatif masih rendah (kurang dari 17%).
Dengan capaian ini, harapan untuk mewujudkan Kota Payakumbuh menjadi kota ramah lansia sudah cukup lempang. Bahkan kalau direncanakan dengan matang akan terwujud dalam waktu tidak lama. Dan, untuk mewujudkannya lebih cepat perlu aksi nyata dan dukungan dari semua pihak. Tidak hanya pemerintah namun diperlukan keterlibatan pihak swasta dan semua kelompok masyarakat.
Bagaimana gambaran detail capaian 8 dimensi kota ramah lanjut usia di Kota Payakumbuh? Bagaimana jika dibandingkan dengan keadaan umum di Indonesia? Bagaimana rekomendasi pencapaian dan strategi untuk Kota Payakumbuh dalam mewujudkan Kota Ramah Lanjut Usia 2030? Selengkapnya silahkan unduh.
Satu Langkah Menuju IMPIAN LANJUT USIA; Kota Ramah Lanjut Usia 2030 | Kota Payakumbuh
Tanggal
21 Oktober 2014
Kata Kunci
Kota Ramah Lanjut Usia, Lanjut Usia di Medan
Lokasi
Medan
Tipe
Buku
Penulis
SurveyMETER dan CAS UI
Share Artikel:
Satu Langkah Menuju IMPIAN LANJUT USIA Kota Ramah Lanjut Usia 2030 | Kota Medan
Berdasarkan data baseline Studi Asesmen Kota Ramah Lanjut Usia tahun 2013 Kota Medan dapat dinarasikan sebagai kota yang masih sangat jauh dari kota ramah lansia.
Berdasarkan kategori pencapaian warna yang disesuaikan pada persentase skor penilaian masyarakat yang menyatakan Sesuai dan Sangat sesuai, masyarakat Kota Medan memberikan penilaian warna oranye dengan skor sangat rendah yaitu total 26,6% atau hanya 2% di atas batas warna merah. Masyarakat kota ini menilai dari 8 dimensi tidak ada satu pun yang dinilai sudah berwarna kuning, apalagi hijau. Rinciannya, 4 dimensi berwarna orange dan 4 dimensi berwarna merah. Bahkan skor total semua dimensi warna orange masih rendah, yaitu di kisaran 31-36%.
Meski demikian, harapan untuk menjadi kota ramah lansia bukan berarti tidak ada sama sekali. Modalnya adalah semua dimensi yang berwarna orange dan capaian warna merah tidak ada skor yang di bawah 10%. Tetapi untuk mewujudkan kota ramah lansia pada 8 dimensi tersebut perlu kerja keras yang nyata dari semua pihak, tidak hanya pemerintah namun juga keterlibatan pihak swasta dan semua elemen masyarakat.
Bagaimana gambaran detail capaian 8 dimensi kota ramah lanjut usia di Kota Medan? Bagaimana jika dibandingkan dengan keadaan umum di Indonesia? Bagaimana rekomendasi pencapaian dan strategi untuk Kota Medan dalam mewujudkan Kota Ramah Lanjut Usia 2030? Selengkapnya silahkan unduh.
Satu Langkah Menuju IMPIAN LANJUT USIA; Kota Ramah Lanjut Usia 2030 | Kota Medan