Kesehatan mental di Sumatera setelah tsunami

Senin, 10-01-2011Frankenberg E, Friedman J, Gillespie T, Ingwersen N, Pynoos R, Rifai IU, Sikoki B, Steinberg A, Sumantri C, Suriastini W, Thomas D.


Abstrak

TUJUAN:

Kami mengukur tingkat dan korelasi posttraumatic stress reactivity (PTSR) lebih dari 20.000 korban tsunami dewasa dengan menganalisis data survei dari pesisir Aceh dan Sumatera Utara, Indonesia.

METODE:

Sampel populasi-yang mewakili individu yang diwawancarai sebelum tsunami dilacak pada tahun 2005 hingga 2006. Kami membuat 2 skala untuk mengukur PTSR dengan menggunakan 7 item gejala dari Daftar Periksa Gangguan Stres Pasca Trauma (PTSD) Versi Orang Sipil. Satu skala mengukur PTSR pada saat wawancara, dan skala lainnya mengukur PTSR pada titik intensitas maksimum sejak bencana.

HASIL:

Skor PTSR tertinggi untuk responden dari daerah yang rusak berat. Di semua area, skor menurun dari waktu ke waktu. Jenis kelamin dan usia adalah prediktor signifikan dari PTSR; penanda status sosial ekonomi sebelum tsunami tidak ada. Paparan peristiwa traumatis, kehilangan kerabat, dan kerusakan properti secara signifikan terkait dengan skor PTSR yang lebih tinggi.

KESIMPULAN:

Tsunami menimbulkan reaksi stres pasca trauma di wilayah Aceh dan Sumatera Utara secara luas. Kesehatan masyarakat akan ditingkatkan dengan penyediaan layanan konseling yang tidak hanya menjangkau masyarakat yang terkena dampak langsung tsunami tetapi juga mereka yang tinggal di luar wilayah yang terkena dampak langsung.

Tsunami yang berkaitan dengan gempa bumi Sumatra–Andaman pada tanggal 26 Desember 2004 menewaskan sekitar 250,000 orang di sepanjang garis pantai Samudra Hindia. Indonesia merupakan negara yang paling terpukul oleh tsunami. Sekitar 130,000 orang Indonesia tewas, dan lebih dari 500.000 mengungsi.[1].  Para penyintas mengalami stres yang diketahui berdampak buruk pada kesehatan mental, termasuk ketakutan akan kematian, terpapar mayat, kehilangan orang yang dicintai, gangguan komunitas, dan kesulitan fisik dan ekonomi.[2,3]. Kami mengevaluasi posttraumatic stress reactivity (PTSR) di antara orang dewasa yang selamat dari tsunami di Aceh dan Sumatera Utara, provinsi di Indonesia tempat kerusakan terkonsentrasi.

Sampel penelitian kami, tidak seperti kebanyakan penelitian tentang kesehatan mental setelah bencana, mewakili populasi sebelum bencana yang tinggal di daerah yang terkena langsung tsunami, serta mereka yang tinggal di daerah serupa yang tidak terkena dampak langsung. Responden telah diwawancarai pada bulan Februari 2004 sebelum tsunami sebagai bagian dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), sebuah survei cross-sectional berbasis populasi tahunan yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik. Survei SUSENAS merupakan hal yang representatif di tingkat kabupaten dan didasarkan pada rancangan klaster bertingkat-tingkat (multistage).

Dengan bantuan dari Badan Pusat Statistik, kami menerjunkan gelombang pertama Studi Dampak dan Pemulihan Tsunami (STAR) antara Mei 2005 dan Juli 2006. Kami berupaya untuk menghubungi kembali 39.500 orang yang semula diwawancarai pada tahun 2004 di 585 komunitas yang disurvei.

Kami berfokus pada PTSR, masalah psikologis yang paling sering teridentifikasi di antara orang dewasa yang selamat dari bencana.[2]. Kami memiliki 3 tujuan utama: (1) untuk menggambarkan rangkaian reaksi dari waktu ke waktu, (2) untuk meneliti variasi yang terkait dengan tingkat kerusakan dalam masyarakat tempat responden tinggal sebelum tsunami, dan (3) untuk mengukur korelasi dari PTSR ke karakteristik sebelum tsunami, dengan paparan peristiwa traumatis, kehilangan keluarga dan teman, dan kerusakan harta benda akibat tsunami.

Karena sampel kami mencakup responden dari masyarakat yang mengalami kerusakan yang berkelanjutan, hasilnya memberikan perbandingan kesehatan jiwa setelah bencana di daerah yang rusak berat dengan kesehatan jiwa di daerah yang tidak terkena dampak langsung tsunami. Kami menggunakan citra penginderaan jauh beresolusi tinggi untuk mengukur kerusakan setelah bencana dan dengan demikian mengilustrasikan nilai potensial dari penggabungan citra penginderaan jauh dengan data survei dalam penelitian kesehatan masyarakat. Karena kami akan mengumpulkan beberapa gelombang data tambahan dari responden yang sama, hasil yang disajikan di sini memperkenalkan studi longitudinal yang akan melacak evolusi kesehatan mental selama pemulihan dan pembangunan kembali bencana. Hal ini penting karena hanya ada sedikit bukti ilmiah tentang lintasan kesehatan mental setelah peristiwa semacam itu. [4]

Kembali ke:

METODE

Kami berusaha menghubungi semua responden SUSENAS yang pernah tinggal di wilayah pesisir Aceh dan Sumatera Utara sebelum tsunami. Meskipun kami berusaha menghubungi semua umur, untuk tujuan penelitian ini kami hanya menganalisis mereka yang berusia 15 tahun ke atas. Dari 25,778 target responden yang memenuhi syarat usia (15 tahun ke atas), kami menelusuri 25,004 (97%). Di antara mereka, 6.3% telah meninggal, 0.6% menolak untuk berpartisipasi dalam survei lanjutan kami, dan 16% telah pindah ke lokasi baru (tiga perempat di antaranya diwawancarai di lokasi baru mereka). Kami menyelesaikan wawancara individu tatap muka dengan 98% dari mereka yang dihubungi kembali, menghasilkan sampel lebih dari 20,500 orang dewasa. Wawancara berlangsung 5 sampai 17 bulan pascatsunami, setelah mendapat persetujuan lisan dari semua peserta penelitian.

Instrumen survei kami mencakup berbagai dimensi kesehatan, status sosial ekonomi, konsekuensi tsunami, dan pengalaman reaktivitas stres pascatrauma. Pertanyaan tentang paparan traumatis (traumatic exposure) ditanyakan tentang pengalaman selama dan segera setelah tsunami dengan butir-butir ya/tidak mulai dari apakah responden pernah merasakan gempa sampai apakah responden pernah melihat atau terjebak dalam gelombang tsunami, apakah melihat keluarga atau teman menghilang, atau mengalami luka-luka. Responden ditanya apakah mereka memiliki pasangan (suami/istri) yang masih hidup, ibu, ayah, anak perempuan, anak laki-laki, atau kakak/adik kandung pada saat tsunami dan apakah salah satu kerabat atau keluarga dan teman lain tersebut telah meninggal. Pertanyaan lain terfokus pada kerusakan properti.

 

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18633091

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2509591/

http://ajph.aphapublications.org/doi/abs/10.2105/AJPH.2007.120915

https://scholars.duke.edu/display/pub713037

https://openknowledge.worldbank.org/handle/10986/5228

http://www.pubfacts.com/detail/18633091/Mental-health-in-Sumatra-after-the-tsunami.