Open Recruitment Programmer
Senin, 20/04/2020SurveyMETER
SurveyMETER mencari kandidat untuk mengisi lowongan sebagai programmer. Detail informasi lowongan dapat dilihat pada flyer berikut:
Untuk mengunduh tamplate CV dapat di unduh disini Link Download CV
Tanggal
03 April 2020
Kata Kunci
Lokasi
Yogyakarta
Tipe
Stunting Publikasi
Penulis
Amanda Beatty, Evan Borkum, William Leith, Marisa Henry, Margo Berends, Clair Null, and Nicholas Ingwersen
Share Artikel:
Laporan Akhir Evaluasi Dampak Proyek Gizi MCC Indonesia
09 Maret 2020.
Tingkat stunting pada anak mempengaruhi sekitar 36 persen anak di bawah usia 5 tahun di Indonesia pada tahun 2013. Untuk mengatasi masalah ini, Millennium Challenge Corporation dan Pemerintah Indonesia menerapkan proyek $ 120 juta yang menggabungkan 1) pembangunan berbasis masyarakat yang berfokus pada kesehatan dan pendidikan , 2) pelatihan intensif untuk penyedia layanan kesehatan tentang pemberian makan bayi dan anak kecil, 3) pelatihan untuk sanitarian tentang variasi lokal sanitasi total yang dipimpin masyarakat, dan 4) kampanye komunikasi nasional terkait dengan stunting, menyusui, makan sehat, dan kebersihan.
Laporan ini menyajikan hasil uji coba kontrol acak yang dilakukan dari 2014 hingga 2019 di tiga provinsi di mana proyek ini dilaksanakan. Proyek ini memiliki dampak sederhana pada beberapa hasil jangka pendek dan menengah yang terkait dengan kesehatan ibu dan anak, termasuk penerimaan dan konsumsi zat besi-folat, anak-anak yang menerima jumlah makanan yang direkomendasikan per hari, dan pemberian ASI eksklusif; tetapi tidak ada efek pada jumlah pemeriksaan kehamilan prenatal atau postnatal yang diterima, pada bagian dari wanita yang melahirkan bayi dengan penyedia terampil, bagian anak-anak yang diimunisasi, pada anak-anak yang didiagnosis dengan tepat untuk stunting, atau kejadian diare.
Yang paling penting, kami tidak menemukan dampak pada hasil kesehatan jangka panjang, terutama hasil gizi buruk seperti pengerdilan (stunting). Kami berhipotesis bahwa kami gagal melihat dampak pada banyak hasil yang diharapkan karena keterlambatan implementasi dan tantangan kualitas dan peningkatan nasional yang juga menyebabkan perubahan positif pada control group. Evaluasi ini juga menunjukkan tantangan dalam mengembangkan teori perubahan yang realistis dan berbasis bukti, karena banyak hasil yang diharapkan mungkin terlalu ambisius mengingat konteks dan kondisi implementasi.
Untuk lebih lengkapnya silahkan unduh laporan pada tautan berikut:
Kelompok Angklung Nusantara Lintas Generasi Pentas Disaksikan Wakil Bupati Bantul
Selasa, 17/03/2020Guwosari, Pajangan, Bantul

Minggu, (15/03/2020) Kelompok Angklung Nusantara Lintas Generasi Posyandu Lansia Bougenville Dusun Iroyudan turut memeriahkan acara Peresmian Obyek Wisata Taman Jati Larangan di Dusun Iroyudan, Desa Guwosari, Pajangan, Bantul. Peresmian dilakukan oleh Wakil Bupati H Abdul Halim Muslih dengan penandatanganan prasasti. Pelepasan balon warna warni dilakukan oleh Anggota DPRD DIY, Joko Purnomo.
Peresmian dihadiri anggota DPRD Bantul Muh Agus Salim, jajaran Muspika Kecamatan Pajangan, Lurah Guwosari Masduki Rahmat SIP, mantan Lurah H M Suharto dan ratusan warga setempat.
Dalam sambutanya Wakil Bupati mengatakan keberadaan obyek wisata ini diharapkan mampu meningkatkan ekonomi masyarakat. Pariwisata terus digenjot dan didukung karena menjadi bagian dari peningkatan kesejahteraaan. “Tentu kita akan terus promosikan keberadaan wisata ini dan menjadi destinasi baru di Kabupaten Bantul,” katanya.
Taman Jati Larangan Taman dibangun sejak November 2019 dengan biaya swadaya dari warga RT 01 Dusun Iroyudan. Mereka menyumbang mulai Rp 10.000 hingga jutaan rupiah sesuai kemampuan masing-masing. Desain taman merupakan paduan dari beberapa konsep yaitu wisata kuliner, wisata budaya, wisata alam dan wisata olahraga. Lantaran lokasinya di bawah pegunungan banyak spot foto yang khas dan indah antara lain kompleks makam sesepuh desa yakni Mbah Iroyudo dan Mbah Danang Joyo, banyak gasebo beratap ijuk dan hijaunya pepohonan.
Ke depannya pengunjung dan wisatawan bisa menikmati olahan khas desa yaitu sayur peso yakni tempe daun so dilodeh, tembak sayur lodeh tempe rambak dan ondel alias oseng-oseng grendel atau bunga pepaya.
Penampilan Kelompok Angklung Nusantara Lintas Generasi lengkap bersama tiga generasi yaitu lanjut usia, karang taruna, dan anak-anak usia sekolah dasar. Mereka membawakan 3 lagu: Ibu Kita Kartini, Tanah Airku dan Indonesia Pusaka. Penampilan mereka semangat kompak dan rapi terlebih karena memakai seragam batik baru yang merupakan bingkisan 18 tahun usia SurveyMETER bagi para lanjut usia.
Ke depannya, kompleks Taman Jati Larangan akan menjadi sentra kegiatan masyarakat Dusun Iroyudan dan sekitarnya. Termasuk menjadi tempat latihan dan pentas Kelompok Angklung Nusantara Lintas Generasi. (TPA/JF)
Publikasi media lain:
http://news.koranbernas.id/berita/detail/-peso-tembak-dan-ondel-jadi-menu-andalan
Open Recruitmen Asisten Peneliti Lapangan
Senin, 09/03/2020SurveyMETER
Silahkan mengisi form pendaftaran di sini
Download template CV yang harus diserahkan pada saat test/wawancara di sini
PERHATIAN !!
SurveyMETER menyelenggarakan perekrutan asisten lapangan hanya melalui aplikasi form pendaftaran di website. Kelengkapan isian form pendaftaran merupakan seleksi administratif tahap awal sebelum HRD SurveyMETER menghubungi pelamar via website, email, telepon, WA, atau SMS. Penjelasan terkait proyek, teknis pelaksanaan, dan hal-hal lain akan dijelaskan pada saat tes tulis dan wawancara. Untuk itu SurveyMETER tidak melayani pertanyaan melalui email sm@surveymeter.org.
Pendidikan Seks dan Kolam Renang: Kekeliruan Komisioner Anak Menunjukkan Perlunya Perubahan
Jumat, 06/03/2020SurveyMETERDwi Oktarina, S.Si., M.P.H.
Sitti Hikmawatty, seorang komisioner perlindungan anak, terpaksa meminta maaf pada akhir Februari setelah membuat pernyataan yang keliru bahwa kehamilan dapat terjadi melalui "pertemuan tidak langsung" antara orang-orang dari jenis kelamin yang berbeda, termasuk melalui air di kolam renang.
Pernyataan tersebut dibuat dalam sebuah rekaman wawancara (tautan eksternal), sebagai tanggapan atas pertanyaan terkait tindakan yang diambil oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) untuk mengatasi kehamilan remaja.
Pada saat mengungkapkan pernyataan yang menunjukkan kurangnya pengetahuan tentang mekanisme reproduksi, komisaris juga merekomendasikan agar orang tua berbicara kepada anak-anak begitu mereka mencapai pubertas tentang bahaya bersosialisasi dengan lawan jenis, karena "pertemuan tidak langsung" antara sel-sel kelamin pria dan wanita bisa mengakibatkan kehamilan.
Dia memberikan contoh kolam renang sebagai "mediator" potensial untuk pembuahan "tidak langsung", dan mengatakan bahwa "ada jenis kondisi sperma tertentu yang kuat, dan dapat menghasilkan kehamilan bahkan tanpa penetrasi" untuk seorang gadis atau wanita yang berenang selama masa subur.
Klaim tersebut menggelikan—dan sejak itu telah banyak yang menertawakan secara online (tautannya eksternal)—tetapi mereka juga mengungkapkan beberapa kekhawatiran serius mengenai kondisi kesehatan seksual dan reproduksi remaja di Indonesia.
Remaja di Indonesia menghadapi risiko yang relatif tinggi untuk tertular infeksi menular seksual (IMS), dan anak perempuan berisiko terkena penyakit yang diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan tentang manajemen kebersihan menstruasi, serta risiko kehamilan yang tidak diinginkan, atau bahkan kematian akibat komplikasi selama kehamilan atau persalinan. Angka kematian ibu di Indonesia adalah sekitar 177 kematian per 100.000 kelahiran hidup, dan hampir 10 persen kematian ibu terjadi di kalangan remaja berusia 15-19 tahun, menurut statistik nasional. Pada kenyataannya jumlah kematian ibu remaja mungkin bahkan lebih tinggi, karena adanya kejadian kehamilan dan kematian melalui usaha percobaan penghentian kehamilan atau persalinan yang tidak dilaporkan.
Tabu sosial yang melingkupi masalah kesehatan seksual dan reproduksi, sementara dimaksudkan untuk melindungi kaum muda dari perilaku yang tidak diinginkan, justru sebenarnya membahayakan kesehatan dan kesejahteraan mereka.
Hal Tabu pada Remaja
Seksualitas adalah topik sensitif di Indonesia. Orang tua enggan untuk mendiskusikannya dengan anak-anak mereka dan, seperti ditunjukkan oleh komisioner, kebanyakan orang dewasa bukanlah sumber pengetahuan reproduksi yang dapat diandalkan. Seiring penggunaan internet yang semakin meluas, remaja semakin mudah mencari informasi secara online, dari sumber dengan akurasi dan validitas yang beragam.
Budaya pop memberikan beberapa wawasan—seri Netflix “Sex education (tautan eksternal)” telah menjadi topik percakapan online diantra para milenial Indonesia, disukai karena eksplorasi seks dan seksualitasnya yang santai dan penuh humor (tautan eksternal), hal-hal yang biasanya terselubung dalam misteri dan tabu.
Pembuat film lokal juga telah melakukan upaya untuk mengangkat masalah tersebut. Sebuah film yang dirilis tahun lalu berjudul " Dua Garis Biru " (tautan eksternal) menggambarkan pengalaman khas seorang remaja yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan di Indonesia. Para pembuat film mengeksplorasi masalah yang dihadapi oleh remaja dalam mengakses kontrasepsi, konsekuensi kehamilan pada usia muda, dan pentingnya pendidikan seks untuk remaja, yang menunjukkan bahwa anjuran tidak melakukan seks pranikah mungkin bukan pendekatan yang efektif.
Meskipun demikian, film ini juga mendapat reaksi negatif publik yang signifikan. Para kritikus mengatakan film ini mendorong aktivitas seksual di kalangan siswa sekolah menengah dan mempromosikan budaya "seks bebas", sebuah istilah yang biasa digunakan untuk menggambarkan perilaku seks dengan banyak pasangan dan tidak bermoral.
Pada kenyataannya seks pranikah di Indonesia sudah terjadi, meskipun tidak diterima secara sosial. Untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan remaja, akses ke kontrasepsi dan layanan kesehatan seksual dan reproduksi diperlukan. Saat ini, kondom dapat diakses secara luas—meskipun kaum muda mungkin enggan membelinya karena stigma yang terkait—sementara layanan keluarga berencana dan cara lain untuk mengakses kontrasepsi hanya tersedia untuk pasangan yang sudah menikah.
Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 melaporkan 1,97 persen kehamilan di kalangan remaja berusia 15-19 tahun. Ini menyiratkan bahwa hak remaja untuk kesehatan seksual dan reproduksi di Indonesia telah diabaikan, sekaligus menyoroti kegagalan untuk memberikan informasi yang diperlukan dan akses ke kontrasepsi pada remaja.
Kehamilan pada masa remaja dikaitkan dengan banyak konsekuensi negatif pada kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan ekonomi. Selama kehamilan, anak perempuan remaja lebih rentan mengalami anemia daripada wanita yang hamil di usia 20-an. Kondisi ini meningkatkan risiko kelahiran prematur dan dapat mengakibatkan bayi lahir dengan berat rendah, serta stunting atau kematian bayi baru lahir.
Selama persalinan, anak perempuan remaja menghadapi risiko lebih tinggi untuk mengalami preeklamsia, fistula obstetri karena persalinan yang terhambat, dan komplikasi lain yang dapat menyebabkan kematian ibu.
Selain itu, karena tekanan sosial, remaja yang hamil saat remaja sering dipaksa menikah muda. Akibatnya mereka kehilangan kesempatan untuk menyelesaikan atau melanjutkan pendidikan mereka, dan sepanjang hidup mereka menghadapi pilihan pekerjaan yang terbatas. Beban kehamilan remaja secara tidak proporsional ditanggung oleh anak perempuan. Anak laki-laki, sebagai bagian yang juga berperan pada kejadian kehamilan, cenderung tetap bersekolah, dan terhindar dari banyak konsekuensi kesehatan dan prospek ekonomi seperti yang dialami anak perempuan.
Aspek lain yang diabaikan dalam kesehatan seksual dan reproduksi untuk anak perempuan adalah kebersihan menstruasi. Manajemen kebersihan menstruasi yang buruk adalah masalah yang banyak dialami oleh anak perempuan di negara berkembang, termasuk di Indonesia. Sebuah studi tahun 2015 yang dilakukan bersama oleh SurveyMETER , the Burnet Institute, dan WaterAid Australia, yang didanai oleh UNICEF, menemukan bahwa anak-anak sekolah di Indonesia menghadapi hambatan dalam mempraktikkan kebersihan menstruasi yang baik di sekolah. Kurangnya fasilitas mencuci , termasuk air bersih dan toilet, berarti bahwa anak perempuan tidak dapat mengganti pembalut mereka secara teratur, dan akibatnya sering menggunakan pembalut lebih dari delapan jam.
Beberapa penelitian telah mendokumentasikan bahwa praktik manajemen kebersihan menstruasi yang tidak higienis seperti ini dapat menyebabkan vaginosis bakterialis, suatu kondisi yang dapat mengakibatkan risiko kesehatan seperti kelahiran prematur, mengalami IMS (tautan eksternal) dan penyakit radang panggul (tautan eksternal), yang pada akhirnya dapat menyebabkan komplikasi kesehatan ibu, infertilitas, dan kanker.
Karena sensitivitas isu kesehatan seksual dan reproduksi maka data dan informasi mengenai topik ini terbatas. Sebagai contoh, data tentang IMS sering terbatas pada statistik tentang HIV di antara populasi berisiko tinggi seperti pekerja seks perempuan. Oleh karena itu, prevalensi kondisi kesehatan seperti vaginosis bakterialis kemungkinan besar terunderestimate (diremehkan).
Meskipun risiko dapat diminimalkan melalui deteksi dini, stigma sosial dan sikap negatif di antara petugas kesehatan terhadap klien remaja berarti bahwa remaja tidak akan mau mengunjungi pusat kesehatan untuk mencari saran mengenai masalah kesehatan seksual dan reproduksi.
Solusi Edukasi Seks
Penelitian menunjukkan (tautan eksternal) bahwa pendidikan dan konseling kesehatan seksual dan reproduksi, serta menyediakan akses ke kontrasepsi, adalah cara paling efektif untuk meningkatkan pengetahuan di kalangan remaja, dan mengurangi angka kehamilan remaja. Memberikan informasi seksual dan reproduksi yang memadai kepada kaum muda, terutama anak perempuan, dapat menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir, dengan demikian mendukung tujuan pemerintah untuk memenuhi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SGDs) dari PBB.
Meskipun demikian, upaya yang dilakukan pemerintah masih sedikit dalam hal melakukan penelitian dan memberikan pendidikan dan layanan yang berkualitas kepada remaja. Pada 2015, Mahkamah Konstitusi menolak petisi dari PKBI (tautan eksternal) untuk secara eksplisit memasukkan pendidikan seks dalam kurikulum sekolah.
Ketika pendidikan seks disediakan di sekolah, materi yang diberikan terbatas pada pelajaran biologi manusia tentang sistem reproduksi, tanpa ruang untuk berdiskusi tentang seksualitas atau kontrasepsi. Pesan utama yang diberikan kepada siswa adalah berpantang untuk melakukan seks pranikah, atau menghindari kontak sosial dengan lawan jenis, seperti yang dipromosikan oleh komisioner KPAI minggu lalu.
Pemerintah, terutama Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pendidikan, harus mengatasi ketakutannya untuk melanggar tabu sosial dan mempertimbangkan cara-cara yang lebih baik untuk memberikan pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi kepada semua remaja.
Kontroversi sudah dapat dipastikan akan terjadi, tetapi langkah berani ke arah ini tidak hanya akan membantu pemerintah memenuhi komitmen internasionalnya, tetapi juga akan meningkatkan kualitas hidup bagi generasi sekarang dan generasi masa depan negara tersebut.
Publikasi artikel ini versi asalnya (Bahasa Inggris) dapat dilihat di: https://bit.ly/2S6IYSS
Melatih Daya Ingat Lanjut Usia dengan Permainan Ringan Menyenangkan
Senin, 02/03/2020Guwosari, Pajangan, Bantul
Hari Minggu (01/03/2020) Posyandu Lansia Anggrek Dusun Watugedug Desa Guwosari, Pajangan, Bantul melaksanakan giat pelayanan rutin bulanannya. Seperti biasanya, kegiatan layanan bertempat di kediaman sekaligus Kantor Kepala Dusun Watugedug.
Layanan posyandu bulan ini dihadiri oleh 49 lanjut usia dari semua RT di dusun, yaitu dari RT 01 sampai RT 05. Setelah layanan rutin posyandu berupa pemeriksaan kesehatan dan penimbangan, kegiatan tidak dilanjutkan dengan senam atau latihan angklung seperti biasanya. Melainkan dengan beberapa permainan ringan untuk mengasah daya ingat dan konsentrasi para lanjut usia. Mereka nampak senang dengan dan menikmati aneka permainan dengan media lagu, kata-kata, hitungan dan jemari.
“Berbeda dengan di Dusun Iroyudan, lanjut usia di dusun ini lebih senang dengan senam atau permainan-permainan seperti ini,” jelas koordintor pelaksana pendampingan dari SurveyMETER, Titis Putri Ambarwati.
Dalam beberapa permainan tersebut para lanjut usia berbaur dengan kader pendamping dari kelompok remaja. Permainan dipandu oleh kader pendamping lanju usia senior.
Permainan pertama, dalam posisi berdiri kader memandu para lansia untuk mengikuti gerakan dengan lagu satu-dua-tiga jari. Satu jari kanan, satu jari kiri, digabung jadi dua, jadinya jembatan. Dua jari kanan, dua jari kiri, digabung jadi dua, jadinya kamera…cekrek. Dan seterusnya hingga lima jari digabung jadi bola. Para lanjut usia pun tertawa dengan permainan pertama tersebut.
Permainan selanjutnya para lanjut usia dan kader remaja duduk beraris berurutan kemudian dipandu untuk membuat gerakan memijat pundak orang di depannya dengan diringi lagu “hujan deras, petir menyambar, hujan batu” oleh kader senior. Hujan deras untuk memijit keras hingga hujan batu memukul pelan teman di depannya. Setelah selesai satu putaran barisan berbalik arah untuk bergantian. Setelah itu mereka diminta untuk saling memegang bahu teman di depannya dan membuat gerakan badan ke kanan, kiri, depan dan belakang.
Permainan berikutnya, para lansia dalam posisi saling duduk berhadapan. Oleh kader mereka disuruh untuk melakukan gerakan memegang bagian tubuh masing-masing sesuai angka yang disebutkan kader secara acak. Misalnya angka 1 yang memegang kepala, angka 2 memegang pundak, angka 3 memegang perut, angka 4 mengambil bola, dan angka 5 memegang lutut. Jika di antara mereka ada yang salah maka teman yang di depannya akan menempelkan potongan kertas label di wajahnya.
Semua permainan ini diikuti oleh para lanjut usia dan kade dengan penuh suka cita, mereka terlihat sangat menikmati dan selalu terlihat tertawa bersama. Para lanjut usia terlihat sangat senang dan tidak merasa diajari atau disuruh-suruh, bahkan di antara mereka ada yang tertawaw cekikikan. Kesenangan mereka memuncak saat di akhir kegiatan disuguhi makanan tambahan bergizi serta diberi bingkisan berbagi kasih dalam rangka syukuran 18 tahun SurveyMETER. Sehat dan bahagia selalu, Simbah semua. (TPA/JF)
Memeriksa Tekanan Darah, Berbincang, dan Berbagi Tali Kasih kepada Lanjut Usia
Senin, 02/03/2020Guwosari, Pajangan, Bantul

Tujuh kader muda Posyandu Lanjut Usia Anggrek Dusun Watugedug, Desa Guwosari, Bantul masih terus semangat mengabdi dan melayani. Tak pernah terlintas di pikiran mereka bahwa dorongan membantu kegiatan rutin bulanan posyandu dan melakukan layanan kunjungan (homecare) bagi lanjut usia yang tidak mampu beraktivitas rutin kerena sakit (bedridden), hanya karena menunaikan persyaratan memperoleh beasiswa SMK. Meski pada prosesnya harus banyak belajar, kini bagi mereka membantu dan melayani adalah panggilan hati. Tidak terasa pengabdian mereka sudah hampir tiga tahun.
Mereka bertujuh berbagi tugas dan target sasaran dalam melakukan homecare untuk satu Dusun Watugedug. Mereka membagi diri dalam 3 kelompok yang prioritas sasaran masing-masing kelompok adalah lanjut usia yang berada di lingkungan terdekatnya. Kelompok pertama, 2 kader muda lanjut usia yang tinggal di RT01 dan RT 02, kelompok dua, 2 kader muda mengunjungi lansia yang tinggal di RT03, dan kelompok tiga terdiri dari 3 kader muda yang mengunjungi lansia di RT 04 dan RT 05. Kunjungan dilakukan di luar jam sekolah mereka, sesuai dengan kesepakatan anggota tiap kelompok.
Seperti biasanya rutinitas kegiatan mereka saat berkujung adalah mengukur tekanan darah, berbincang mengajak lanjut usia, lalu membawakan bingkisan makanan atau bahan makanan. Yang istimewa saat kunjungan bulan terakhir (01 Maret 2020) kemarin adalah memberi bingkisan tali kasih dalam rangka mensyukuri 18 tahun usia SurveyMETER. (TPA/JF)
Sosialisasi Penyusunan Data Desa dan Daerah Terintegrasi Kabupaten Nganjuk di Kecamatan Patianrowo
Jumat, 28/02/2020Nganjuk

Tahapan lapangan perluasan studi Sistem Terpadu Penanganan Stunting Berbasis Data Rumah Tangga dan Individu (Si TEPAT RAMAH) dimulai dengan kegiatan sosialisasi program ke semua kecamatan dan desa di Kabupaten Nganjuk. Kamis (27/02/20) sosialisasi pertama kali digelar di Pendopo Kecamatan Patianrowo, sebagai kecamatan pilot studi. Peserta sosialisasi adalah seluruh desa yang berada di wilayah Kecamatan Patianrowo serta instansi terkait di level kabupaten dan kecamatan. Dua orang yang berkepentingan di desa hadir mengikuti kegiatan, yaitu kepala desa dan staf penanggung jawab penyusun profil desa.
Rangkaian kegiatan sosialisasi dibuka dengan kegiatan oleh Edi Srianto selaku Camat Patianrowo, kemudian overview kegiatan oleh Hari Purwanto selaku Kabid Statistik dan Informasi Komunikasi Publik Dinas Komunikasi dan Informatika, pembahasan skema pembiayaan oleh Ovie Andrianto selaku Kabid Pemberdayaan Masyarakat Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Nganjuk, dan penjelasan substansi dan teknis kegiatan oleh Roni Hermoko selaku koordintor pelaksana kegiatan dari SurveyMETER.
Dalam pengantarnya Edi Srianto menyampaikan profil desa merupakan gambaran objektif yang penting bagi desa. Data yang akurat dalam profil bisa dijadikan perencanaan pembangunan desa. “Semua data yang dibutuhkan ada di profil desa termasuk variabel data yang membuat pembangunan desa terhambat ada di situ,” papar Edi.
Hari Purwanto menyampaikan harapannya program ini tidak dilakukan dengan bisa sambil lalu melainkan didukung penuh oleh pemerintah desa. Karena kalau setiap desa mengisi profilnya dengan data benar akan memunculkan potensi desa sesungguhnya yangg secara tidak langsung mempromosikan desa sendiri hingga kemungkinan peminat datang dari luar negeri. “Semoga dengan sinergi antara desa dan daerah ini dapat terwujud Nganjuk jadi satu data,” kata Hari.
Sedangkan Ovie menyampaikan program penyusunan data ini merupakan bukti integrasi dalam kepentingan desa dan daerah. Ovie juga mengajak semua pemerintah desa untuk mempertanggungjawabkan bantuan keuangan dari pemerintah pusat yang jumlahnya ada mencapai miliaran rupiah dengan data pembangunan yang akurat sesuai melalui sistem yang sedang dirancang sekarang oleh SurveyMETER dan Kominfo Nganjuk.
Sementara pada sesi penjelasan dan pembekalan rencana teknis kegiatan kepada penanggungjawab data dan profil desa, Roni Hermoko mengawali paparannya dengan menyampaikan apa yang telah dilakukan SurveyMETER bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Nganjuk melalui Dinas Kesehatan serta 11 desa di Kecamatan Patianrowo sejak 2018 hingga sekarang. Bahwa kecamatan dan 11 desa di Patianrowo telah memiliki dashboard data berkualitas, yang dapat dimanfaatkan baik untuk penyusunan profil desa, perencanaan pembangunan, dan yang lainnya. Dashboars tersebut bisa diperbaharui datanya oleh setiap desa dengan biaya yang sangat terjangkau oleh dana anggaran desa. “Maka untuk ke depannya dalam pelaksanaan perluasan studi kita nanti, kita semua merupakan ujung tombak bagi kualitas data yg dihasilkan,” tegas Roni seraya mengajak semua peserta menjadi koordinaator di masing-masing desa untuk mengkoordinir kader data.
Dalam rangkaian kegiatan panjang ini Diskominfo Nganjuk selaku wali data Kabupaten Nganjuk merupakan mitra kerja SurveyMETER yang berindak sebagai PIC program dari Pemkab Nganjuk. Diskominfo Nganjuk melalui Nuri Prihandoko selaku koordintor pelaksana teknis lapangan dari dinas akan menyusun jadwal dan rute sosialisasi ke ke 19 kecamatan lain yang akan dimulai Maret 2020. (JF)
Berikut publikasi kegiatan tersebut di portal online media lokal:
Angklung Nusantara Lintas Generasi Dusun Iroyudan Jadi Kegiatan Ekstrakulikuler Sekolah
Sabtu, 22/02/2020Guwosari, Pajangan, Bantul

Kelompok Angklung Nusantara Lintas Generasi Posyandu Lanjut Usia Bougenville Dusun Iroyudan Desa Guwosari yang merupakan binaan kegiatan pendampingan SurveyMETER menjadi salah satu kegiatan ekstrakulikuler untuk murid kelas 3 dan 4 SDN Iroyudan Desa Guwosari. Jum’at (21/02) kemarin bertempat di pelataran kantor Dusun Iroyudan merupakan hari pertama mereka latihan. Latihan dipimpin oleh koordinator kader, Siti Maemunah.
Semua murid dari dua kelas tersebut antusias mengikuti latihan. Wajah-wajah mereka menyemburatkan rasa senang dan suka cita. “Seru, senang bisa nyoba dan latihan Angklung,” demikian kata Fano (kelas 4) yang mengaku pertama kali latihan.
Lain lagi dengan Viona (teman kelas Fano) yang pernah ikut latihan bersama Kelompok Angklung Nusantara Lintas Generasi Posyandu Bougenville, dia merasa senang karena bisa bertemu teman-temannya lagi tidak di kelas tapi bermain bersama-sama main angklung di lapangan terbuka dan bebas udara.
Bagaimana kegiatan ini menjadi ekstrakulikuler SDN Iroyudan, koordintor pelaksana pendamping SurveyMETER, Titis Putri Ambarwati, menyampaikan Kepala Sekolah SDN Iroyudan, Jaswabi Wantoro, yang meminta langsung untuk dijadikan kegiatan ektrakulikuler. Awalnya, beberapa siswa kelas dan yang menjadi anggota Kelompok Angklung Nusantara Lintas Generasi menceritakan kegiatan mereka ke kepala sekolah dan mereka menginginkan kesenian angklung dipentaskan di acara sekolah. Selanjutnya menurut Titis, kepala sekolah menyambut baik keinginan beberapa siswa tersebut dan meminta ijin dan dukungan langsung kepada Kepala Dusun Iroyudan untuk dibantu dalam proses latihan. “Beberapa kali latihan ke depan akan menggunakan angklung milik Kelompok Angklung Nusantara Lintas Generasi, namun SDN Iroyudan sudah menganggarkan pembelian beberapa set angklung,” jelas Titis.
Kelompok kesenian angklung ekstakulikuler SDN Iroyudan yang baru dibentuk dan latihan sekali ini sudah diproyeksikan untuk dapat pentas dalam setiap acara sekolah seperti perpisahan atau tutup tahun dan peringatan hari-hari besar nasional. (JF)
Kegiatan Kelanjutusiaan di Bantul dimuat Buletin Active Aging Consortium Asia Pacific (ACAP)
Paparan mengenai dua kegiatan kelanjutusiaan dampingan SurveyMETER di Desa Guwosari, Pajangan, Bantul, dimuat Buletin Active Aging Consortium Asia Pacific (ACAP) edisi Januari-Februari 2020.