Evaluasi perilaku pencarian upaya penyembuhan atau pengobatan pada lansia selama pandemi COVID-19 di Bali dan Yogyakarta, Indonesia

Selasa, 28-03-2023Ni Wayan Suriastini, Bondan Sikoki, Rodhiah Umaroh, Dani Alfah, Endra Dwi Mulyanto, Naryanta, Amalia Rifana Widiastuti, Kusmaintan Widya Lestari


Abstrak

Pandemi COVID-19 memiliki risiko tertinggi bagi lansia dengan penyakit penyerta, karena penyebaran virus yang cepat mengurangi akses masyarakat ke fasilitas kesehatan formal. Hal ini mengarah pada pencarian alternatif-alternatif secara medis dari beberapa penyedia layanan kesehatan informal. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi perilaku mencari layanan kesehatan (HSB) di kalangan lansia selama pandemi COVID-19. Selain itu juga bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku tersebut. Data diperoleh dari Studi Berbasis Komunitas Lansia di provinsi Bali dan Yogyakarta, Indonesia, antara Desember 2020 dan Maret 2021, menggunakan teknik survei wawancara telepon. Data ini dianalisis menggunakan analisis bivariat (uji Chi-square) dan multivariat (regresi logistik), untuk menguji hubungan antara hasil biner dari jenis-jenis HSB dan faktor-faktor penjelas. Hasilnya menunjukkan bahwa 58.3% dari 1241 peserta adalah perempuan, yang sebagian besar merupakan lulusan SD (31,5%) dengan usia rata-rata 69 tahun. Selama periode pandemi, 49,8% mencari perawatan medis di fasilitas kesehatan formal, dengan penurunan 36% terlihat pada kunjungan ke pusat kesehatan formal, dibandingkan dengan interval sebelum pandemi. Dalam regresi logistik multivariat, ditemukan beberapa faktor positif dan signifikan yang mempengaruhi HSB dalam mengunjungi fasilitas kesehatan formal. Faktor-faktor tersebut meliputi tingkat pendidikan yang lebih tinggi/universitas (AOR=2.04, p<0.05), status pengangguran (AOR=1.36, p<0.05), gaya hidup tidak sehat (AOR=2.53, p<0.001), penyakit hipertensi kronis (AOR=1.78, p<0,001), diabetes (AOR=3,73, p<0,001), dan gangguan paru-paru (AOR=2,76, p<0,01). Selain itu, proporsi HSB yang tidak sesuai relatif tinggi, mengarah pada kebutuhan untuk menerapkan cara-cara perawatan kesehatan alternatif berikut, (1) konsultasi telepon dengan dokter profesional, dan (2) Penyediaan petugas/kader/agen perawatan tingkat desa, untuk membantu memantau kondisi medis lansia selama krisis kesehatan.

Selengkapnya, paper dalam Bahasa Inggris tersebut dapat diunduh pada tautan berikut:

https://he01.tci-thaijo.org/index.php/AIHD-MU/article/view/260590